Thursday, March 27, 2014

LDR in Pain - Jarak Jauh yang Menyakitkan

Cinta itu akan pudar seiring berjalannya waktu. Cinta itu akan mengikis, kala jarak membentang. Dan seolah hilang arahnya saat waktu tak lagi bisa diperbincangkan.

Ya. Long distance relationship is something hard to do. Even when you're trying to be patient and always understanding each others,  it's still possible to dry.

Rika melirik sebentar handphonenya. Fahmi sms. Yap, hanya sms yang sudah sejak 2 hari yang lalu tidak digubrisnya. Sms yang membuatnya bosen karena tiap hari hanya mengingatkan makan dan mengucapkan pergantian waktu. Perbedaan jarak itu kian terasa waktu mereka sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing. Dan ketika kejenuhan mulai menyapa, dia kemudian akan menyalahkan jarak.


Almost 3 months. Yep, 3 months without facing each other. 3 bulan tanpa komunikasi jelas dan hanya sekedar sms pengingat makan. Rika benci hal ini. Makin lama hubungan yang mereka jalani makin nggak jelas dan membosankan.

Membosankan? Ya. Karena hanya Fahmi yang sibuk. Hanya Fahmi yang tak punya banyak waktu luang. Sementara dirinya hanya membenamkan diri di antara kuliah dan tugas. Pantas dong kalo dia merasa sudah tidak lagi diperhatikan? Baginya hanya ucapan selamat pagi tidaklah cukup. Ia ingin lebih dari itu.

Karena malas berdebat akhirnya dia memilih mendiamkan pacarnya itu. Memilih perang dingin dibandingkan buang tenaga. Tapi sepertinya hal itu tidak ada gunanya. Karena bagaimanapun Fahmi masi rutin melakukan hal yang sama. Tanpa perlu repot menanyakan mengapa dia tak sedikitpun menggubrisnya.

Jengah. Ia mencoba melelapkan matanya untuk tidur.

The after morning, something unpredicted happen. Rika mendapat telepon dari keluarga Fahmi kalau dia sekarang di rawat. What the hell happens now? Dengan tergesa dia pamit ortunya, meninggalkan kuliahnya dan langsung terbang ke Jogja.

Sesampainya di rumah sakit, Rika bertemu kedua orangtua kekasihnya. Keduanya menangis. Hal buruk terjadi dan entah kenapa tubuh Rika lemas seketika. Beberapa detik kemudian dia tak ingat apa yang terjadi selanjutnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Rika pada Fahmi. Entah kenapa bayangannya begitu jauh.
"Aku akan pergi Rika."
"Tapi kamu nggak boleh ninggalin aku."
"Maaf." bayangan Fahmi pergi dibarengi senyuman yang biasanya. 

Wajahnya nampak begitu bahagia.

Rika terbangun dari mimpi itu. Mimpi yang aneh. Atau dia sedang tidak bermimpi.

Ditemani kakak Fahmi, dia ada di ruang tunggu pasien. Mata kakaknya sembab sehabis menangis.

"Kak, mana Fahmi?"

Kakaknya hanya tersenyum simpul. Air matanya kembali meleleh.

"Dia sudah pergi Rika."

Kata-kata itu berulang di kepalanya bagai dentuman keras. Hatinya mencelos dan seketika itu tangisnya pecah.

Padahal aku belom sempat membalas pesannya. Padahal aku belom sempat mengucapkan apa-apa padanya. Kenapa dia harus pergi? Kenapa?
Air matanya makin deras waktu Fatia memeluknya erat.

Oh Tuhan, maafkan aku. Aku bahkan tak sadar betapa dia sangat menyayangiku. Aku membiarkannya begitu saja tanpa sadar dia sudah melakukan semua yang dia bisa karena dia perhatian kepadaku. Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?

Rika merasakan kepalanya makin pening.

Fahmi, maaf. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau secepat ini pergi. Jika aku mengulang waktu, aku akan selalu menjawab smsmu, mengirim hal yang sama, menambah rasa pekaku. Karena kau tau aku juga sayang padamu.

Aku salah sudah mempersalahkan jarak atas apa yang terjadi padaku. I don't have to blame this to it. Sepantasnya aku yang disalahkan karena merasa cinta akan terkikis karena jarak. Karena aku tahu cintamu akan selalu untukku walau aku jauh.

Sekarang, kau pergi meninggalkan aku ke tempat yang tak bisa kukejar. Jangankan menelpon. Mengirimkan sms saja engkau pasti tak bisa. Dan aku akan seribu kali lebih merasa kesepian karena tak akan ada lagi sms sapaan darimu.

Tuhan, apa yang telah aku lakukan.

Rika melangkah gontai ke kamarnya. Sudah seminggu genap Fahmi pergi tapi mendung masih menggelayuti wajahnya.

Dia memberanikan diri melihat handphone setelah lama dia tinggalkan. Maka muncullah nama itu. Sms yang mungkin terakhir kalinya dari Fahmi untuknya yang belum sempat dia buka. Dan air matanya menetes sekali lagi. Kesepian itu mulai mendera.

From : fahmiku

Sudah bangun sunshine?
Aku sayang kamu hari ini, esok,
Sampai selamanya. :*


**

Tulisan ini dibuat atas inspirasi @dinaralam yang masih terus sayang pada kekasihnya walau ia sudah tiada. Ia terus menyayangi nadya, merayakan hari jadi, dan mengucapkan selamat malam tiap waktu. Cukup emosional dan mengharukan. Mempertegas kalau : Cinta itu tak butuh balasan bukan? Dan dinar terus sayang pada nadya seakan tak peduli dia bisa tahu atau tidak. Semoga mereka kelak dipertemukan di sana.

0 comments:

Post a Comment

 
;