It's been a while I am posting a story to my blog. So, here I am finally make it out again. Kali ini, aku pengen bercerita sedikit tentang pengalaman Umroh kemarin.
Aku pergi umroh bersama dengan kedua orang tuaku. Adik-adik terpaksa ditinggal karena yah, belum punya rezeki lebih untuk pergi bersama sekeluarga. Nah, aku mulai izin untuk cuti mulai tanggal 6 November sampai dengan 17 November 2017, yang berarti 10 hari kerja aku nggak masuk untuk Umroh. Padahal harusnya di lembaga pemerintahan cuti itu nggak bisa diambil sekaligus wahahah, tapi intinya diperbolehkan ya sudah.
1. Tahap Persiapan.
Yang jelas soal perlengkapan ada yang sudah ditentukan harus dibawa oleh travel. Berapa potong baju dan gantinya sudah ditetapkan biar nggak over bagasi. Apalagi kalo pulang bawaannya masih buanyaak banget kan. Jadi be smart untuk nggak bawa barang yang nantinya akan memberatkan diri sendiri.
Yang paling penting untuk di note, harus dipisah antara barang yang dibawa di koper dan tentengan tangan/backpack. Karena kita lewat screening di Bandara 2 kali, yang artinya ada tempat dimana botol dengan mili lebih dari 200 harus kena sita. Jadi buat buibu yang bawa make up berlebihan, ada baiknya di wrap sedemikian hingga dan taruh di koper, bukan di tas tangan/backpack yang nantinya masuk ke kabin pesawat. OK?
Sebenarnya nggak ada ketentuan umroh harus pakai ihrom untuk perempuan. Baju ihrom bisa dipilih yang berwarna polos warna hitam atau putih, dan nggak harus pakaian ihrom. Yang penting menutup aurat dan nggak ribet dibawa jalan. Jadi nggak perlu lah beli baju yang 300an atau sejutaan itu, kemahalan. Pakaian sehari-hari (asal gamis dan jilbab panjang) pun boleh dipakai untuk ihrom wanita.
[Tips]
Barang-barang yang nggak boleh terlupakan karena ternyata sangat diperlukan antara lain : tisu basah (untuk keperluan membersihkan wajah atau saat mampir ke toilet, kadang bisa untuk wudu juga), sunscreen yang bahan utamanya air (karena super duper lembab dan kering di sana), tas untuk sendal/alas kaki (banyak yang bawa plastik biasa karena sangat handy), obat-obatan pribadi (termasuk obat penunda haid dan penyetop haid, karena kejadian ada orang yang semulanya jauh dari jadwal haid tapi pas mau thawaf malah kena haid, otomatis dia nggak bisa ikutan thawaf, makanya obat ini penting sekali untuk wanita, tapi kembali ke kepercayaannya masing-masing ya, kalau nggak mau minum obat ya silahkan), dan segepok uang 1 Riyal yang nantinya mau dikasihkan ke petugas kebersihan masjid (aku sendiri paling cuman nyiapin sekitar 20 Riyal untuk dibagi-bagi, karena kebanyakan ayah dan ibu udah bawa, hehehe).
2. Packing
Aku membawa 4 stel gamis+kerudung, 4 kaos kaki, 1 mukena (aku nggak bawa sajadah dan itu kusesali kemudian), baju tidur 2, dalaman celana 5, underwear secukupnya, skin care yang perlu aja, makeup cuma bedak dan lipcare, karena kaki bisa cepet pecah-pecah di sana, bawa balm untuk pelembab kaki juga harus, ya cuman itu aja yang sepertinya penting, selain itu dari travel biasanya udah membuat list untuk yang harus dibawa, jadi jangan kuatir kelupaan.
Koper yang biasanya juga udah kembaran sama teman se-travel itu harus diantar ke travel H-2 untuk diurus ke maskapai. So, nggak usah kelamaan packingnya.
3. Berangkat
Kita naik bus untuk berangkat ke bandara. Jaraknya cukup jauh sekitar 30-40 menit perjalanan. Bandara yang kita tuju adalah Adi Soemarmo, Surakarta. Sebelum berangkat, ada wejangan dan lain-lain dari panitia, sholat subuh dan sholat sunnah bepergian dulu, barulah kemudian kita semua check in di Bandara.
Kita naik Lion Air dulu ke Jakarta untuk transit, kemudian pindah Maskapai Saudi Arabian Air. Perjalanan dari Solo ke Jakarta hanya memakan waktu 1 jam perjalanan sementara dari Jakarta ke Madinah sekitar 9 jam perjalanan dengan beberapa jam hilang karena perbedaan waktu. Setiap kali menaiki kendaraan dan kendaraan itu berjalan, dipimpin oleh ketua rombongan berdoa bersama dengan doa yang diamalkan rasul (ada di buku panduan umroh yang biasanya dibagi oleh travel). Dalam perjalanan, kita menjamak qodo sholat dhuhur dan ashar. Makan tak perlu kuatir, selain bawa cemilan pribadi, di maskapai ternyata makanpun dapat 2 kali. Tak termasuk coffee break dan snack. Lelah menunggu tiba di tujuan, Saudi Arabia Air (SV) juga menyediakan tv dengan headset yang berisi film terkini yang sangat bermanfaat untuk menghabiskan waktu. Untungnya walau maskapai Saudi, tetap ada Pramugari yang bisa bahasa Indonesia, jadi sewaktu-waktu ada masalah, dia siap membantu. Tau lah ya, gimana repotnya mengurusi orang-orang udik macam saya. Hehehe
4. Tiba di Madinah
Alhamdulillah, rasanya masih deg deg ser jika ingat sudah bisa sampai di Tanah Suci itu. Kampung halaman Rasul. And yet it feels so magical I couldn't sent words. My eyes went blurry for a while and yes, I couldn't believe I already here. Ya Allah, kalo nggak sama bapak ibuk mungkin aku udah berteriak-teriak "yippiee"!! Allah, thanks again for this opportunity.
Kita berkumpul di bagian imigrasi yang ternyata antriannya cukup panjang. Kita difoto, cap 3 jari, dan menunjukkan paspor untuk distempel petugas yang I don't even talk anything with him at all. He didn't say 1 word at all so I just stand still there until it's done, he giving me back my paspor with stamp on it.
Nah, setelah semua selesai imigrasi, lanjut keluar Bandara dan menunggu bis yang akan menjemput untuk mengantar ke Hotel. Nah, semuanya sudah diurus jadi enak tinggal ongkang-ongkang kaki. Bahkan bagasi juga bukan urusan kita selama Umroh. Intinya kita terima beres.
And the air feels different than Jakarta, wkwkwkw... Di sini nggak begitu banyak mobil bersliweran di jalan. Yah cukup ramai tapi nggak ada macet, dan mobilnya nggak ada yang murah. Sama sekali nggak ada motor selama mata memandang. Persis di Singapur tapi ya beda suasana. Debunya memang bersliweran. Coba aja cek nanti malam kalo udah di hotel, coba bersihkan wajah. Wah, dijamin pada nempel itu, kotoran-kotoran. Untunglah setiap hari kita wudhu bisa lebih dari 5 kali, jadi terbantulah makin bersih.
Di Madinah, kita menginap di Al Mukhtara Intl. Hotel. Hotelnya digadang-gadang sebagai bintang 4. Karena mungkin lokasinya yang masih cukup dekat dengan Masjidil Nabawi. Cukup jalan kaki nggak sampai 5 menit sudah sampai pintu masjid. Karena kita sampainya sudah malam, jadi jatah sholat Isya' sudah lewat. Rombongan memutuskan untuk ke masjid setelah beres packing dan makan malam. Kita tetap bersemangat ke Masjid Nabawi walau lelah menggelayut. Semangat karena akhirnya bisa masuk rumah Allah yang super megah di Nabawi. Semangat karena sebentar lagi bayangan nabi memenuhi hati dan angan-angan kita. Dan semangat itulah yang membakar kita untuk terus giat beribadah karena entah kapan kita bisa mengunjungi tempat ini lagi di kemudian hari.
0 comments:
Post a Comment